GYMNOSPERMAE
Disusun oleh
1. Budi
Utomo (1417031031)
2. Ni
Wayan Fitri Handayani (1417031085)
3. Intan
Puspitasari (1417031059)
4. Nada
Rifki Sahputri (1417031079)
5. Nevi
Setyaningsih (1417031083)
JURUSAN
MATEMATIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
LAMPUNG
TAHUN
2014
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas yang disampaikan oleh ibu Nismah
Nukmal Ph.D pada mata kuliah Sains Dasar Biologi.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan masukan dan bahan kajian pada tugas ini.
Akhir
kata, Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
sedikit harapan semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Amiin.
Bandar Lampung, 3 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
...................................................................................... ii
DAFTAR ISI
...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1
A.
Latar
Belakang …………………………………………………… 1
B.
Rumusan Masalah ………………………………………………... 2
C.
Tujuan ……………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
……………………………………………………... 3
A.
Pengertian Gymnospermae ………………………………………. 3
B.
Ciri-ciri Gymnospermae …………………………………………. 4
C.
Habitat Gymnospermae …………………………………………... 5
D.
Reproduksi Gymnospermae ……………………………………… 5
E.
Manfaat Gymnospermae …………………………………………. 7
F.
Klasifikasi
Gymnospermae ………………………………………. 7
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………. 22
A.
Kesimpulan ………………………………………………………. 22
B.
Saran …………………………………………………………….. 23
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tumbuhan berbiji ( Spermatophyta ) adalah tumbuhan yang
mempunyai bagian yang di sebut biji. Pada dasarnya tumbuhan biji itu dicirikan
dengan adanya bunga sehingga sering disebut dengan tumbuhan berbunga (Anthopyta).
Biji dihasilkan oleh bunga setelah terjadi peristiwa penyerbukan dan pembuahan.
Dengan kata lain, biji dapat dihasilkan merupakan alat pembiakan secara seksual
(generatif). Selain itu, ada juga pembiakan secara aseksual (vegetatif).
Tumbuhan berbiji di kelompokkan menjadi dua anak divisi,
yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan biji tertutup
(Angiospermae). Pada tumbuhan biji terbuka, biji tidak tertutup dengan daging
buah atau daun buah (karpelum). Misalnya, pada cemara, pinus, dan damar.
Sementara itu, pada tumbuhan berbiji tertutup, biji di tutupi oleh daging buah
atau daun buah. Misalnya, pada mangga, durian, dan jeruk. Dalam tumbuhan
berbiji banyak sekali ordo ataupuun famili dari tiap divisi. Hal ini
membuktikan bahwa tumbuhan berbiji merupakan tumbuhan yang dapat dikatakan
tumbuhan yang memiliki bagian yang sangatlah banyak.
Gymnospermae berasal dari Progymnospermae melalui proses
evolusi biji. Hal tersebut dapat dilihat dari bukti-bukti morfologi yang ada.
Selanjutnya Progymnospermae dianggap sebagai nenek moyang dari tumbuhan biji.
Progymnospermae mempunyai karakteristik yang merupakan bentuk antara
Trimerophyta dan tumbuhan berbiji. Meskipun kelompok ini menghasilkan spora,
tetapi juga menghasilkan pertumbuhan xylem dan floem sekunder seperti pada
Gymnospermae. Progymnospermae juga sudah mempunyai kambium berpembuluh yang
bifasial yang mampu menghasilkan xilem dan floem sekunder. Kambium berpembuluh
merupakan ciri khas dari tumbuhan berbiji. Salah satu contoh Progymnospermae
adalah tipe Aneurophyton yang hidup pada jaman Devon, sudah menunjukkan
system percabangan tiga dimensi dengan stelenya yang bertipe protostele. Contoh
lainnya adalah tipe Archaeopteris yang juga hidup di jaman Devon.
Kelompok ini dianggap lebih maju karena sudah menunjukkan adanya system
percabangan lateral yang memipih pada satu bidang dan sudah mempunyai struktur
yang dianggap sebagai daun. Batangnya mempunyai stele yang bertipe eustele yang
menunjukkan adanya kekerabatan dengan tumbuhan berbiji yang sekarang.
Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon
(410-360 juta tahun yang lalu), sebelum era dinosaurus. Pada saat itu,
Gymnospermae banyak diwakili oleh kelompok yang sekarang sudah punah dan kini
menjadi batu bara : Pteridospermophyta (paku biji), Bennettophyta dan
Cordaitophyta. Anggota-anggotanya yang lain dapat melanjutkan keturunannya
hingga sekarang. Angiospermae yang ditemui sekarang dianggap sebagai penerus
dari salah satu kelompok Gymnospermae purba yang telah punah (paku biji).
B. Rumusan
Masalah
1)
Apa pengertian
Gymnospermae?
2) Bagaimana
ciri-ciri Gymnospermae?
3) Bagaimana
klasifikasi Gymnospermae?
4) Dimana
habitat Gymnospermae?
5) Bagaimana
reproduksi Gymnospermae?
6) Apa manfaat Gymnospermae?
C. Tujuan
Mengetahui dan memahami lebih jauh tentang
Gymnospermae dan peranannya dalam kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gymnospermae
Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka.
Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani, yaitu gymnos yang berarti telanjang
dan sperma yang berarti biji, sehingga gymnospermae dapat diartikan sebagai
tumbuhan berbiji terbuka.tumbuhan berbiji terbuka merupakan kelompok tumbuhan
berbiji yang bijinya tidak terlindung dalam bakal buah (ovarium). Secara
harfiah Gymnospermae berarti gym = telanjang dan spermae = tumbuhan yang
menghasilkan biji. Pada tumbuhan berbunga (Angiospermae atau Magnoliphyta),
biji atau bakal biji selalu terlindungi penuh oleh bakal buah sehingga tidak
terlihat dari luar. Pada Gymnospermae, biji nampak (terekspos) langsung atau
terletak di antara daun-daun penyusun strobilus atau runjung.
Gymnospermae berasal dari Progymnospermae melalui proses
evolusi biji. Hal tersebut dapat dilihat dari bukti-bukti morfologi yang ada.
Selanjutnya Progymnospermae dianggap sebagai nenek moyang dari tumbuhan biji.
Progymnospermae mempunyai karakteristik yang merupakan bentuk antara
Trimerophyta dan tumbuhan berbiji. Meskipun kelompok ini menghasilkan spora,
tetapi juga menghasilkan pertumbuhan xylem dan floem sekunder seperti pada
Gymnospermae. Progymnospermae juga sudah mempunyai kambium berpembuluh yang
bifasial yang mampu menghasilkan xilem dan floem sekunder. Kambium berpembuluh
merupakan ciri khas dari tumbuhan berbiji. Salah satu contoh Progymnospermae
adalah tipe Aneurophyton yang hidup pada jaman Devon, sudah menunjukkan system
percabangan tiga dimensi dengan stelenya yang bertipe protostele. Contoh
lainnya adalah tipe Archaeopteris yang juga hidup di jaman Devon. Kelompok ini
dianggap lebih maju karena sudah menunjukkan adanya system percabangan lateral
yang memipih pada satu bidang dan sudah mempunyai struktur yang dianggap
sebagai daun. Batangnya mempunyai stele yang bertipe eustele yang menunjukkan
adanya kekerabatan dengan tumbuhan berbiji yang sekarang.
Mempunyai sistem akar tunggang dan batang tegak lurus atau
bercabang-cabang. Akar dan batang berkambium, sehingga selalu
mengadakan pertumbuhan menebal sekunder. Strobilus atau kerucut mengandung
2 daun buah (tempat menempel bakal biji), yaitu makrosporangium dan mikrosporangium
yang terpisah satu sama lain. Penyerbukan hampir selalu dengan bantuan
angin (anemogami). Serbuk sari langsung jatuh pada bakal biji, dengan
jarak waktu penyerbukan sampai pembuahannya relatif panjang. Sel kelamin
jantan umumnya berupa spermatozoid yang masih bergerak dengan aktif.
B.
Ciri-Ciri Gymnospermae
Gymnospermae memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah.
2.
Pada umumnya perdu atau pohon, tidak ada yang berupa herba.
Batang dan akar berkambium sehingga dapat tumbuh membesar. Akar dan batang
tersebut selalu mengadakan pertumbuhan menebal sekunder. Berkas pembuluh
pengangkutan kolateral terbuka. Xilem pada gymnospermae hanya terdiri atas
trakeid saja sedangkan floemnya tanpa sel-sel pengiring.
3.
Mempunyai akar, batang, dan daun sejati.
4.
Bentuk perakaran tunggang.
5.
Daun sempit, tebal dan kaku.
6.
Tulang daun tidak beraneka ragam.
7.
Tidak memiliki bunga sejati.
8.
Alat kelamin terpisah, serbuk sari terdapat dalam strobilus
jantan dan sel telur terdapat dalam strobilus betina.
9.
Struktur perkembangbiakan yang khas adalah biji yang
dihasilkan bunga ataupun runjung. Setiap biji mengandung bakal
tumbuhan , yaitu embrio yang terbentuk oleh suatu proses reproduksi seksual.
Sesudah bertunas embrio ini tumbuh menjadi tumbuhan dewasa.
10. Sperma atau sel kelamin jantan
menuju kesel telur atau sel kelamin betina melalui tabung serbuk sari hanya
terdapat pada tumbuhan berbiji.
11. Tumbuhan biji mempunyai jaringan
pembuluh yang rumit. Jaringan ini merupakan saluran menghantar untuk mengangkut
air, mineral, makanan dan bahan – bahan lain.
12. Tumbuhan berbiji terbuka memiliki
pigmen hijau (klorofil) yang penting untuk fotosintesis yaitu suatu proses
dasar pembuatan makanan pada tumbuhan.
13. Gymnospermae memiliki batang yang
tegak lurus dan bercabang-cabang. Daunnya jarang yang berdaun lebar, jarang
yang bersifat majemuk, dan system pertulangan daunnya tidak banyak ragamnya.
Hal ini sangat berbeda dengan karakteristik daun yang terdapat pada
angiospermae yang sistem pertulangannya beraneka ragam.
C.
Habitat Gymnospermae
Gymnospermae hidup di mana-mana, hampir di seluruh permukaan
bumi ini. Mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub dan dari daerah yang
cukup air hingga daerah kering.
1) Ginkgophyta
Banyak ditemukan di negara Cina,
khususnya di daerah kecil di Zhejiang Cina dan di Mu Tian Shan. provinsi di
Timur
2)
Cycadophyta
Cycadophyta hidup di daerah tropis dan subtropis.
3) Coniferophyta atau dapat disubut
Pinophyta
Tumbuhan yang termasuk Coniferophyta
hidup tersebar di berbagai daerah, bahkan hampir di seluruh daerah di dunia.
Pohon pinus dan cemara banyak tumbuh di Eropa bagian pegunungan.
4) Gnetophyta
Banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis.
D.
Reproduksi Gymnospermae
Organ reproduksi pada gymnospermae disebut konus atau
strobilus. Tumbuhan berbiji terbuka tidak memiliki bunga, sporofil
terpisah-pisah atau membentuk srobilus jantan dan betina. Makrosporofil dan
makrosporangium yang tampak menempel pada strobilus betina. Letak makrosporofil
dan mikrosporofil terpisah. Sel kelamin jantan berupa spermatozoid yang masih
bergerak aktif. Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang
mengandung sel-sel induk butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap
sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap. Pada strobilus betina
terdapat banyak arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk
lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati, dan
satu sel hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini bermuara pada satu ruang
arkegonium.
Pada Gymnospermae sering terjadi poliembrioni, walaupun
hanya ada satu embrio yang terus berkembang karena adanya pembelahan beberapa
arkegonia. Air sudah tidak digunakan sebagai media fertilisasi karena adanya
pembentukan buluh serbuk pada serbuk sari yang berkecambah.
Pada Coniferophyta dan Gnetophyta spermanya tidak mempunyai
flagel, sehingga buluh serbuk menghantarkannya langsung ke mulut arkegonia.
Serta pada Cycas dan Gingko fertilisasinya merupakan bentuk antara kondisi pada
paku-pakuan dan tumbuhan tanpa biji lainnya, yaitu spermanya mampu berenang
bebas dan bentuk pada tumbuhan berbiji yaitu spermanya tidak mampu bergerak
bebas.
Gametofi
jantan umumnya bersifat haustorial, yaitu menyerap makanan dari ovulum ketika
tumbuh, walaupun dibutuhkan buluh serbuk tetapi tidak langsung masuk ke
arkegonium. Buluh serbuk tersebut tumbuh dan menetap di dalam nuselus selama
berbulan-bulan sebelum menuju gametofit betina. Setelah sampai di mulut gametofit
betina, buluh serbuk robek dan melepaskan sel sperma yang berflagel banyak.
Sperma tersebut kemudian menuju ke arkegonium dan membuahi telur. Dengan adanya
buluh sperma tersebut maka tumbuhan berbiji tidak ada lagi yang bergantung pada
ketersediaan air pada fertilisasinya.
Proses Penyerbukan dan Pembuahan, Penyerbukan yang terjadi pada
tumbuhan berbiji terbuka selalu dengan cara anemogami (penyerbukan dengan
bantuan angin). Serbuk sari jatuh langsung pada bakal biji. Selang waktu antara
penyerbukan sampai pembuahan relatif panjang. Pembuahan yang terjadi pada
gymnospermae disebut pembuahan tunggal (setiap inti generatif melebur dengan
inti sel telur). Mikropil terdedah ke udara bebas. Pembuahan pada gymnospermae
disebut pembuahan tunggal, karena tiap-tiap inti sperma membuahi satu sel
telur.
Strobilus
jantan Þ serbuk sari Þ jatuh pada tetes penyerbukan (ujung putik) Þ buluh
serbuk Þ membelah Þ inti tabung dan inti spermatogen Þ inti spermatogen Þ
membelah Þ dua inti sperma Þ membuahi sel telur di dalam ruang arkegonium Þ
zigot Þ lembaga di dalam biji Þ tumbuhan baru.
E.
Manfaat Gymnospermae
Secara
umum Gymnospermae bermanfaat bagi kehidupan manusia, di antaranya sebagai
berikut.
1) Tanaman hias, misalnya cemara dan pakis haji.
2) Bahan industri, cat, dan obat – obatan,
misalnya damar. Penghasil minyak cat (terpentin), misalnya pinus/tusam.
3) Bahan pembuat kertas dan korek api,
misalnya kayu pinus dan kayu tumbuhan melinjo.
4) Sayur – mayur, misalnya melinjo.
5) Sumber makanan, misalnya melinjo.
6) Bahan untuk obat dan kosmetik, yaitu
Ginkgo biloba
F.
Klasifikasi Gymnospermae
Gymnospermae
terdiri dari beberapa divisi baik yang sudah punah maupun yang masih ada sampai
sekarang, yaitu mencakup 3 divisi yang telah punah dan 4 divisi yang masih
bertahan.
·Tumbuhan Gymnospermae yang sudah
punah
Tiga divisi yang sudah punah adalah:
1) Bennetophyta
2) Cordaitophyta
3) Pteridospermophyta, sudah punah
namun dianggap sebagai moyang Angiospermae.
·
Tumbuhan Gymnospermae yang masih ada sampai sekarang
Empat divisi Gymnospermae yang masih bertahan adalah:
1)
Ginkgophyta
2)
Cycadophyta
3)
Coniferophyta atau Pinophyta
4)
Gnetophyta
Berikut ini adalah beberapa klasifikasi organisme yang tergolong Gymnospermae.
1.
Cemara
ü Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
ü Ciri-ciri
Ciri-ciri
cemara adalah batang pohonnya bergerigi, berkayu, dan tegak lurus. Sedangkan
daunnya berbentuk jarum yang terangkai dalam satu tangkai daun.
ü Habitat
Tumbuhan ini
dapat hidup secara alami dimana saja kecuali pada dataran rendah yang
ketinggiannya kurang dari 200 m dpl. Namun di beberapa tempat, tumbuhan ini sering ditemui di pegunungan.
2. Damar
ü Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Pinophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Familia : Araucariaceae
Genus : Agathis
Spesies : Agathis dammara
Divisio : Pinophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Familia : Araucariaceae
Genus : Agathis
Spesies : Agathis dammara
ü Ciri-ciri
Damar memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Batang pohonnya berukuran besar, tinggi
hingga 65m dan berbatang bulat
silindris dengan diameter yang mencapai lebih dari 1,5 m. Pepagan luar
keabu-abuan dengan sedikit kemerahan, mengelupas dalam keping-keping kecil.
Daun
berbentuk jorong, 6–8 × 2–3 cm,
meruncing ke arah ujung yang membundar. Runjung serbuk sari masak 4–6 × 1,2–1,4
cm dan runjung biji masak
berbentuk bulat telur, 9–10,5 × 7,5–9,5 cm.
ü Habitat
Damar
tumbuh secara alami di hutan hujan dataran rendah
sampai ketinggian sekitar 1.200 m dpl. Namun di Jawa, tumbuhan ini terutama
ditanam di pegunungan.
ü Manfaat
Damar teristimewa ditanam untuk
diambil resinnya, yang diolah menjadi kopal. Resin ini adalah
getah yang keluar tatkala kulit (pepagan) atau kayu damar dilukai. Getah akan
mengalir keluar dan membeku setelah kena udara beberapa
waktu lamanya. Lama-kelamaan getah ini akan mengeras dan dapat dipanen; yang
dikenal sebagai kopal sadapan.
Getah juga diperoleh dari deposit damar yang terbentuk dari luka-luka alami, di
atas atau di bawah tanah; jenis yang ini disebut kopal galian.
Pada masa lalu resin damar terutama
dihasilkan dari tegakan-tegakan alam di Maluku dan Sulawesi. Kini kopal juga
dihasilkan dari hutan-hutan tanaman Perhutani di Jawa.
Kayu damar berwarna keputih-putihan,
tidak awet, dan tidak seberapa kuat. Di Bogor dan di Sulawesi Utara, kayu ini hanya dimanfaatkan sebagai papan yang
digunakan di bawah atap. Kerapatan kayunya berkisar antara 380–660 kg/m³. Kayu
damar diperdagangkan di Indonesia dengan nama kayu agatis.
Pohon damar juga disukai sebagai
tumbuhan peneduh taman dan tepi jalan (misalnya di sepanjang Jalan Dago, Bandung). Tajuknya
tegak meninggi dengan percabangan yang tidak terlalu lebar.
3.
Pakis Haji
ü
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Cycadophyta
Kelas : Cycadopsida
Ordo : Cycadales
Familia : Cycadaceae
Genus : Cycas
Spesies : Cycas rumphii
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Cycadophyta
Kelas : Cycadopsida
Ordo : Cycadales
Familia : Cycadaceae
Genus : Cycas
Spesies : Cycas rumphii
ü
Ciri-ciri
Berupa pohon, seperti kelapa sawit
dengan pertulangan daun sejajar. Batang tidak bercabang, daunnya majemuk,
tersusun sebagai tajuk di puncak pohon.
Berumah dua, artinya ada tanaman
jantan yang menghasilkan strobilus jantan dan tanaman betina yang menghasilkan
strobilus betina pada tanaman yang berbeda.Anggota ini menghasilkan strobilus
yang besar. Meskipun demikian, rata – rata reproduksinya rendah. Dari 15 – 20
strobilus yang dihasilkan tumbuhan Cycas jantan, hanya satu atau dua saja yang
siap melepaskan serbuk sarinya.
Daun berbagi menyirip, tersusun
roset batang, daun muda menggulung.
Mirip palma berkayu berbentuk pohon
atau semak.
ü
Habitat
Jenis ini dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropis.
4. Ginko biloba
ü Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Ginkgophyta
Class : Ginkgoopsida
Ordo : Ginkgoales
Family : Ginkgoaceae
Genus : Ginkgo
Spesies : Ginkgo biloba
Kingdom : Plantae
Divisio : Ginkgophyta
Class : Ginkgoopsida
Ordo : Ginkgoales
Family : Ginkgoaceae
Genus : Ginkgo
Spesies : Ginkgo biloba
ü Ciri-ciri
Mempunyai daun yang berbentuk
seperti kipas dengan lebar 5 sampai 10 sentimeter dan tinggi batang mencapai 30
meter. Selain itu, daunnya juga ada yang berbentuk mirip daun paku kelompok
suplir.
Ketika musim penyerbukan tiba,
tanaman ini mengeluarkan bau yang kurang sedap dan dijauhi oleh manusia.
Habitus pohon tinggi lebih dari 1000 kaki, daun berubah warna dan menggugurkan
daunnya pada musim rontok.
Tumbuhan berumah dua (diesis)
Gamet jantan motil, penyerbukan di
air.
Daun muda menggulung, melebar bentuk
kipas, daun terbagi dua simetris karena lekukan yang dalam, mengalami
perkembangan.
Strobilus jantan berbentuk kerucut;
strobilus betina dngan 2 ovuli yang berbeda kematangannya; ovulum mempunyai
pembungkus berdaging yang dapat berubah warna.
ü Habitat
Gingko biloba
merupakan spesies
tunggal dari salah satu divisio
anggota tumbuhan berbiji terbuka yang pernah
tersebar luas di dunia. Pada masa kini tumbuhan ini diketahui hanya tumbuh liar
di Asia Timur Laut, namun telah tersebar luas di berbagai tempat beriklim
sedang lainnya sebagai pohon penghias taman atau pekarangan.
ü Manfaat
Manfaat dan kegunaan Ginkgo biloba :
-
Berfungsi sebagai antioksidan untuk menekan radikal bebas,
untuk meremajakan sel-sel otak yaitu dengan cara memulihkan reseptor-reseptor
di dalam otak serta meningkatkan serotonin.
-
Mempunyai kemampuan untuk memperbaiki peredaran darah.
-
Dapat memacu produksi molekul energi ATP (adenosine
triphosphate).
- Peluang agribisnis tanaman ini
adalah di manfaatkan sebagai peneduh atau sebagai tanaman hias. Selain itu,
tanaman ini juga di percaya sebagai tanaman obat Bronkhitis dan asma sejak 5000
tahun lalu di Cina.
5. Pinus
ü Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus montezumae L.
ü Ciri-ciri
Pinus memiliki ciri
khas yaitu memiliki batang utama silindris, lurus dalam tegakan rapat serta
memiliki alur yang dalam, cabang-cabang membentuk putaran yang teratur, tinggi
bebas bebas cabang bisa mencapai 10-25 meter, memiliki bentuk daun jarum dengan
jumlah dua helai yang dapat bertahan lebih dari 2 tahun dengan tepi daun
bergerigi halus, bunga berbentuk stobili jantan dan betina.
Daun merupakan bagian
dari tajuk pohon yang mungkin terjadinya proses fotosintesis, respirasi dan
transpirasi. Daun pinus berbentuk seperti jarum tersusun dalam berkas-berkas
yang masing-masing terdiri atas dua helai.
ü Habitat
Pinus
merkusii umum tumbuh di Sumatra utara hingga ketinggian 2000 m dpl.
ü Manfaat
Hampir
semua bagian tumbuhan ini bisa dimanfaatkan yang paling umum adalah dengan
menyadap batang untukkemudian diolah menjadi terpentin maupun gondorukem.
Terpentin sebagaimana anda ketahui merupakan bahan industri parfum, obat-obatan,
dan disinfektan. Sedangkan gondorukem merupakan bahan untuk membuat sabun,
resin dan cat.
Kayu Pinus merkusii juga bisa dimanfaatkansebagai bahan konstruksi korek api, pulp, tiang listrik, sutra tiruan, kayu lapis, dan kertas serat panjang. Selain itu bagian kulitnya dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan dan kemudian abunya dipakai menjadi campuran pupuk karena kandungan kaliumnya yang cukup tinggi. Buahnya juga sudah diteliti untuk diolah menjadi bahan pembuatan briket.
Kayu Pinus merkusii juga bisa dimanfaatkansebagai bahan konstruksi korek api, pulp, tiang listrik, sutra tiruan, kayu lapis, dan kertas serat panjang. Selain itu bagian kulitnya dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan dan kemudian abunya dipakai menjadi campuran pupuk karena kandungan kaliumnya yang cukup tinggi. Buahnya juga sudah diteliti untuk diolah menjadi bahan pembuatan briket.
6. Melinjo
ü Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Gnetophyta
Kelas : Gnetopsida
Ordo : Gnetales
Famili : Gnetaceae
Genus : Gnetum
Spesies : Gnetum gnemon
Kerajaan : Plantae
Divisi : Gnetophyta
Kelas : Gnetopsida
Ordo : Gnetales
Famili : Gnetaceae
Genus : Gnetum
Spesies : Gnetum gnemon
ü
Ciri-ciri
-
Batang pohon yang lurus kira-kira 20 meter dan bercabang.
-
Akarnya tunggang.
-
Tulang daun menyirip, tipis dan melebar.
-
Berumah dua karena strobilus jantan dan betina terletak pada
pohon yang berbeda. Namun ada pula yang berumah satu, strobilus jantan
dan betina terdapat dalam 1 pohon.
-
Strobilus uniseksual atau biseksual tidak sempurna,
memanjang dan ber-buku-buku. Bunga jantan berkelompok aksilaris, berkarang,
tiap bunga dengan brakteola bersatu.
-
Liana berkayu,
beberapa tegak
-
Percabangan bersendi dan menebal
-
Daun sederhana, berhadapan, menyirip
ü
Habitat
Tanaman melinjo dapat tumbuh pada
tanah-tanah liat/lempung, berpasir dan berkapur, tetapi tidak tahan terhadap
tanah yang tergenang air atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari
ketinggian 0 – 1.200 m.
ü
Manfaat
- Daun-daun muda, bunga dan buah (muda
dan tua) biasa diolah menjadi sayur.
- Bagian paling penting dari Melinjo
adalah biji. Biji Melinjo dapat dimakan kering, dimasak, atau diawetkan menjadi
kerupuk (Emping). Emping merupakan panganan hasil industri rumah tangga dan
berperan penting bagi perekonomian masyarakat di Jawa.
- Selain itu, pohon Melinjo yang
memiliki perakaran kuat ini juga baik ditanam untuk pemulihan kembali areal
kritis. Di Jawa Tengah, Melinjo ditanam untuk merehabilitasi lahan dan
konservasi tanah di sepanjang Daerah Aliran Sungai Gobeh. Spesies ini telah
direkomendasikan sebagai tanaman penghijauan.
- Kayunya dapat dipakai sebagai bahan
papan dan alat rumah tangga sederhana.
7. Sagu
ü Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
ü
Ciri-ciri
-
Tinggi batangnya sekitar 10-14 m.
-
Letak daunnya berjauhan, panjang tangkai daun sekitar
4,5 cm, panajng lembaran daun sekitar 1,5 m dan lebar 7 cm.
-
Bunganya adalah bunga majemuk berwarna sao matang
kemerah-merahan.
-
Empelur lunak dan berwarna putih.
ü
Habitat
Habitat alami tanaman sagu adalah di daerah
drainase jelek seperti rawa-rawa dan sering ditemukan di dataran sedang.
ü
Manfaat
Tanaman sagu
memiliki aneka fungsi dan manfaat mulai dari akar, daun, pelepah muda, empelur,
kulit batang-batang muda, sisa tebangan.
1.
Fungsi akar
Dimana pohon sagu tumbuh,disekitar air tak akan pernah
kering. Karena akar sagu memiliki fungsi untuk menata sumber-sumber air didalam
tanah. Akar tanaman sagu juga berfungsi untuk menahan banjir.
2.
Manfaat daun
sagu
Daun sagu dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tumang
sagu, atap rumah, pembungkus kue/ paking anika kerajinan tangan sesuai daya
kreasi kita.
3.
Manfaat pelepah sagu
-
Keperluan bangunan (Plavon, dinding, hiasan dinding)
-
Pembuatan rakit
-
Peredam suara untuk studio rekaman
-
Kursi, meja, tempat tidur
-
Aneka kerajinan tangan sesuai daya cipta
4. Manfaat empleur sagu
- Sebagai bahan pangan/ makanan pokok masyarakat Maluku
- Sebagai bahan pangan untuk pembuatan kue
- Sebagai bahan makanan ternak
5.
Manfaat kulit batang
Kulit batang sagu/Waa bermanfaat untuk kayu
bakar,meubeler, plafon dinding dan lain-lain.
6.
Manfaat ela sagu
Limbah ampas sagu/ ela sagu hasil ekstrasi pati sagu
dapat dimanfaatkan sebagai berikut:
-
Kompos/
pupuk organic
-
Pakan ternak untuk sapi, babi dan itik
-
Bahan bagi media tumbuhan tanaman
8. Pinang
ü Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Areca
Spesies : Areca catechu L.
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Areca
Spesies : Areca catechu L.
ü Ciri-ciri
Hampir mirip
dengan pohon kelapa, batang pohon
ramping, tubuh tegak, tingginya 10 – 30 m, diameter 15 – 20 cm,
bercabang, dengan daun menyirip tumbuh bersama untuk membentuk roset pada ujung
batang poros.
Pelepah daun
berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai daun pendek. 1 – 1,8 meter pisau daun
panjang, anak daun memiliki panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan
bergerigi.Bunga tongkol dengan sarung panjang yang mudah rontok, keluar dari
bawah daun roset, panjang sekitar 75 cm, dengan beberapa pendek bercabang
batang.
ü Habitat
Habitat alami
tanaman ini adalah di kebun, halaman, atau tumbuh liar di tepi sungai dan di
tempat-tempat lain.Tanaman ini dapat ditemukan di wilayah dengan ketinggian 1 –
1400 meter diatas permukaan laut.
ü Manfaat
-
Pada bagian
biji dapat dijadikan obat, seperti obat untuk penyakit kulit, perut, gigi, dan
lain-lainnya.
-
Pada daunnya,
dapat dijadikan penambah nafsu makan
-
Pada
sabutnya, dapat dijadikan sebagai sirkulasi energi, peluruh air seni, dan
pencuci perut.
9. Rotan
ü Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Daemonorops
Spesies : Daemonorops rhomboideus B.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Daemonorops
Spesies : Daemonorops rhomboideus B.
ü Ciri-ciri
Batang
rotan biasanya langsing dengan diameter 2–5 cm, beruas-ruas panjang, tidak
berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam.
ü Habitat
Sebagian
besar rotan berasal dari hutan di Indonesia,
seperti Sumatra,
Jawa,
Borneo,
Sulawesi,
dan Nusa Tenggara.
Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia,
Filipina,
Sri Lanka, dan Bangladesh.
ü Manfaat
Rotan yang umum
dipergunakan dalam industri tidaklah terlalu banyak. Beberapa yang paling umum
diperdagangkan adalah Manau, Batang, Tohiti, Mandola, Tabu-Tabu, Suti, Sega,
Lambang, Blubuk, Jawa, Pahit, Kubu, Lacak, Slimit, Cacing, Semambu, serta
Pulut.
Setelah
dibersihkan dari pelepah yang berduri, rotan asalan harus diperlakukan untuk
pengawetan dan terlindung dari jamur Blue Stain. Secara garis besar
terdapat dua proses pengolahan bahan baku rotan: Pemasakan dengan minyak tanah untuk rotan berukuran sedang
/besar dan Pengasapan dengan belerang untuk rotan berukuran kecil.
Selanjutnya
rotan dapat diolah menjadi berbagai macam bahan baku, misalnya dibuat Peel
(kupasan)/Sanded Peel, dipoles /semi-poles, dibuat core, fitrit
atau star core. Adapun sentra industri kerajinan dan mebel rotan
terbesar di indonesia terletak di Cirebon.
Pemanfaatan
rotan ( sp. Daemonorops Draco ) terutama adalah sebagai bahan baku mebel, misalnya kursi, meja tamu,
serta rak buku. Rotan memiliki beberapa keunggulan daripada kayu, seperti
ringan, kuat, elastis / mudah dibentuk, serta murah. Kelemahan utama rotan
adalah gampang terkena kutu bubuk "Pin Hole".
Batang rotan
juga dapat dibuat sebagai tongkat penyangga berjalan dan senjata. Berbagai
perguruan pencak silat mengajarkan cara bertarung
menggunakan batang rotan. Di beberapa tempat di Asia Tenggara, rotan dipakai sebagai alat
pemukul dalam hukuman cambuk rotan bagi pelaku tindakan kriminal tertentu.
Beberapa
rotan mengeluarkan getah
(resin) dari tangkai bunganya. Getah ini berwarna merah dan dikenal di
perdagangan sebagai dragon's blood ("darah naga"). Resin ini
dipakai untuk mewarnai biola
atau sebagai meni.
10. Harendong
ü Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Familia : Melastomataceae
Genus : Melastoma
Spesies : Melastoma affine D.
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Familia : Melastomataceae
Genus : Melastoma
Spesies : Melastoma affine D.
ü Ciri-ciri
Bentuk daunnya yang
bulat telur dengan ujung lancip, berbulu, dengan permukaan yang kasar. Selain
itu dari buah harendong yang unik. Bentuknya kecil-kecil bergerombol berwarna
ungu seperti anggur tetapi dalam ukuran yang lebih kecil, permukaannya berbulu
dan kalau di pijit akan mengeluarkan cairan seperti tinta.
ü Habitat
Harendong banyak tumbuh di lereng-lereng
gunung, tanah lapang sebagai tumbuhan liar atau bahkan ada yang
membudidayakannya sebagai tanaman hias untuk di tanam di daerah objek wisata.
Akar tanaman Harendong yang menghujam dalam ketanah membuat tanaman ini sangat
bagus untuk di tanam sebagai vegetasi pencegah erosi.
11. Ganyong
ü Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub-kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Familia : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna edulis Ker.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub-kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Familia : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna edulis Ker.
ü Ciri-ciri
Tumbuhan semak berbatang basah yang bersifat merumpun dan menahan,
berbatang lunak, tumbuh tegak dengan tinggi 0,9-1,8 meter, bentuk batang bulat
sampai agak pipih dan merupakan kumpulan pelepah daun yang secara teratur dan
saling tumpang tindih hingga disebut batang semu atau batang palsu. Umbi
tumbuhan ini umumnya berukuran panjang 60 cm dan diameternya 10 cm, berdaging
tebal dan berwarna putih atau keungu-unguan.
ü Habitat
Ganyong banyak ditemukan di rawa-rawa atau kebun
dan tempat-tempat lainnya seperti hutan.
12.
Kecombrang
ü Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub-kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Etlingera
Spesies : Etlingera elatior
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub-kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Etlingera
Spesies : Etlingera elatior
ü Ciri-ciri
Honje
berwarna kemerahan seperti jenis tanaman hias pisang-pisangan. Jika batangnya
sudah tua, bentuk tanamannya mirip jahe atau lengkuas, dengan
tinggi mencapai 5 m.
Batang-batang semu
bulat gilig, membesar di pangkalnya; tumbuh tegak dan banyak, berdekat-dekatan,
membentuk rumpun jarang, keluar dari rimpang yang menjalar
di bawah tanah. Rimpangnya tebal, berwarna krem, kemerah-jambuan ketika masih
muda. Daun 15-30 helai tersusun dalam dua baris, berseling, di
batang semu; helaian daun jorong lonjong, 20-90 cm × 10-20 cm,
dengan pangkal membulat atau bentuk jantung, tepi
bergelombang, dan ujung meruncing pendek, gundul namun dengan bintik-bintik
halus dan rapat, hijau mengkilap, sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika
muda.
Kecombrang
baru mekar Bunga dalam karangan berbentuk gasing, bertangkai
panjang 0,5-2,5 m × 1,5-2,5 cm, dengan daun pelindung bentuk jorong, 7-18 cm ×
1-7 cm, merah jambu hingga merah terang, berdaging, melengkung membalik jika
mekar. Kelopak bentuk tabung, panjang 3-3,5 cm, bertaju 3, terbelah. Mahkota
bentuk tabung, merah jambu, hingga 4 cm. Labellum serupa sudip, sekitar 4
cm panjangnya, merah terang dengan tepian putih atau kuning.
Buah berjejalan
dalam bongkol hampir bulat berdiameter 10-20 cm; masing-masing butir 2-2,5 cm
besarnya, berambut halus pendek di luarnya, hijau dan menjadi merah ketika masak.
Berbiji banyak,
coklat kehitaman, diselubungi salut biji (arilus) putih bening atau
kemerahan yang berasa masam.[2]
ü Habitat
Banyak ditemui di dataran sedang yaitu antara 500 –
1200 meter dpl.
ü Manfaat
Kecombrang atau
bunga honje terutama dijadikan bahan campuran atau bumbu penyedap berbagai
macam masakan di Nusantara. Kuntum bunga ini sering dijadikan lalap atau
direbus lalu dimakan bersama sambal di Jawa Barat.
Kecombrang yang dikukus juga kerap dijadikan bagian dari pecel di daerah Banyumas.
Di Pekalongan,
kecombrang yang diiris halus dijadikan campuran pembuatan megana, sejenis urap berbahan dasar nangka muda. Di
Malaysia
dan Singapura,
kecombrang menjadi unsur penting dalam masakan laksa.
Di Tanah Karo, buah honje muda disebut asam cekala. Kuncup bunga serta
"polong"nya menjadi bagian pokok dari sayur asam
Karo; juga menjadi peredam bau amis sewaktu memasak ikan. Masakan Batak populer, arsik ikan mas,
juga menggunakan asam cekala ini. Di Palabuhanratu,
buah dan bagian dalam pucuk honje sering digunakan sebagai campuran sambal
untuk menikmati ikan laut bakar.
Honje juga
dapat dimanfaatkan sebagai sabun dengan dua cara: menggosokkan langsung batang
semu honje ke tubuh dan wajah atau dengan mememarkan pelepah daun honje hingga
keluar busa yang harum yang dapat langsung digunakan sebagai sabun. Tumbuhan
ini juga dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit yang berhubungan dengan
kulit, termasuk campak.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penulisan “GYMNOSPERMAE”,
dapat diambil kesimpulan bahwa:
ü Gymnospermae adalah tumbuhan yang
memiliki biji terbuka. Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani, yaitu gymnos yang
berarti telanjang dan sperma yang berarti biji, sehingga gymnospermae dapat
diartikan sebagai tumbuhan berbiji terbuka.
ü Mempunyai sistem akar tunggang dan
batang tegak lurus atau bercabang-cabang. Akar dan batang berkambium, sehingga
selalu mengadakan pertumbuhan menebal sekunder. Strobilus atau kerucut
mengandung 2 daun buah (tempat menempel bakal biji), yaitu makrosporangium
dan mikrosporangium yang terpisah satu sama lain. Penyerbukan
hampir selalu dengan bantuan angin (anemogami). Serbuk sari langsung
jatuh pada bakal biji, dengan jarak waktu penyerbukan sampai
pembuahannya relatif panjang. Sel kelamin jantan umumnya berupa
spermatozoid yang masih bergerak dengan aktif.
ü Gymnospermae terdiri dari beberapa
divisi baik yang sudah punah maupun yang masih ada sampai sekarang, yaitu
mencakup 3 divisi yang telah punah dan 4 divisi yang masih bertahan. Tiga divisi yang sudah punah adalah:
Bennetophyta, Cordaitophyta dan Pteridospermophyta. Empat divisi Gymnospermae yang masih
bertahan adalah: Ginkgophyta, Cycadophyta, Coniferophyta dan Gnetophyta.
ü Organ reproduksi pada gymnospermae
disebut konus atau strobilus. Tumbuhan berbiji terbuka tidak memiliki bunga,
sporofil terpisah-pisah atau membentuk srobilus jantan dan betina.
Makrosporofil dan makrosporangium yang tampak menempel pada strobilus betina.
ü Penyerbukan yang terjadi pada
tumbuhan berbiji terbuka selalu dengan cara anemogami (penyerbukan dengan
bantuan angin).
ü Manfaat gymnospermae: tanaman hias,
bahan industri, sumber makanan dan lain-lain.
B.
SARAN
Kami menyadari
bahwa masih banyak kesalahan dan kekeliruan yang ada dalam makalah ini, sehingga
kami menerima segala masukannya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://Rotan
- Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm/
http://perpustakaancyber.blogspot.ca/2012/12/tumbuhan-berbiji-terbuka-gymnospermae-klasifikasi-pengertian.html
Sugeng P. 2004. Aneka Kehidupan.
Jakarta: Arena.
Sinaga, Meity.
1993. Budidaya Tumbuhan Biji Terbuka. Jakarta: Penerbit Swadaya.
Mulia, Ricki M. 2005. Gymnospermae.